Sabtu, 20 Juni 2020

Kobatu Mosar: Menghadapi Anak 'Sulit'

Istilah anak 'sulit' pertama kaliipenulis baca di sebuah buku novel karya NH Dini, jika tidak salah berjudul Pertemuan Dua Hati. Pertemuan hati ibu guru dan siswanya. Siswanya termasuk istimewa sebab mempunyai karakter berveda dengan siswa lainnya. Bu Guru. menyebutnya sebagai siswa sulit. Penilihan kata sulif merupakan pilihan yang tepat dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata ini, maka siswa tidak merasa dihakimi. Perasaannya tidak akan terluka. Inilah aspek pendidikan yang perlu kita terapkan sebagai bagian fungsi cerita, mendidik. 
Perkembangan pola kehidupan ternyata membawa dampak yang sangat besar terhadap siswa. Dampak yang sangat kentara adalah 'sulitnya' membimbing siswa menjadi baik. Perkembangan pola kehidupan membawa dampak semakinubanyak 'anak sulit'. Dan, guru harus menyelesaikan permasalahan ini agar tujuan pendidikan tercapai. 
Langkah apa yang Anda ambil ketika di kelas. pembelajaran terdapat. anak sulit? 

Kamis, 18 Juni 2020

PPDB Sekolah Swasta di Musim Pandemi

PPDB atau Pendaftaran Peserta Didik Baru merupakan satu momen penting terhadap keberlangsungan hidup sekolah, khususnya sekolah swasta. Sekolah swasta adalah sekolah yang dikelola oleh masyarakat, swasta untuk membantu. pemerintah memberikan atau menyelenggarakan proses pendidikan dan pembelajaran bagi anak-anak usia sekolah. Sekolah swaslta ini merupakan sekolah yang untuk operasional penyelenggaraan proses menggantungkan pembiayaan dari masyarakat, orangtua. Oleh karena, maka masyarakat harus menyumbang ke sekolah agar proses dapat diselenggarakan. Sumbangan masyarakat ke sekolah selanjutnya dikenal dengan nama SPP. 
SPP yang dibayarkan masyarakat ke sekolah selanjutnya dikelola sekolah untuk menjalankan roda sekolah. Pengelolaan tersebut meliputi pengadaan sarpras dan infrastruktur sekolah, gaji tenaga pendidik dan kependidikan, juga beberapa kegiatan sekolah, khususnya kegiatan siswa. Dana yang dibayarkan masyarakat. dikembalikan ke masyarakat. dalam bentuk pelayanan jasa pendidikan dan pembelajaran. Irulah salah satu alasan sehingga SPP sekolah swasta relatif mahal. Tetapi, kemahalan tersebut sesungguhnya dikembalikan ke masyarakat lagi. Oleh karena itu, kita perlu nemahami situasi dan kondisi. 
Berdasarkan penjelasan di atas, maka setidaknya kita memahami bahwa agar proses dapat dilaksanakan, dana harus mencukupi. Dana yang mencukupi sangat tergantung pada jumlah siswa yang mengikuti proses. Semakin banyak siswanya, maka pelayanan jasa semakin bagus sebab biaya operasional terpenuhi, bahkan dapat lebih. Untuk mempunyai siswa yang banyak, maka pada saat PPDB harus benar-benar optimal. Semua pihak harus mengeksplore diri sehingga dapat memperoleh siswa baru untuk sekolah. Semua pihak bergerak untuk menambah jumlah siswa yang masuk. 
Permasalahan abadi bagi sekolah swasta adalah penurunan jumlah muatan siswa. Apalagi dengan kebijakan pemwrintah membuka unit sekolah negeri baru untuk tiap sekolah, maka kondisi sekolah swasta semakin sengsara. Pada saat PPDB, banyak sekolah swasta yang kekurangan muatan siswa. Anak-anak tersedot masuk sekolah negeri, yang seringkali membuat kebijakan yang tidak bijak. Kebijakan tersebut misalnya pembukaan rombel baru atau bagi sekolah negeri yang kekurangan muatan, lantas membuka gelombang kedua, baik secara resmi, terbuka atau gerilya, sembunyi-sembunyi. Akibatnya, sekolah swasta kekurangan muatan siswa. Bahkan, calon siswa yang sebelumnya sudah mendaftar di sekolah swasta 'hilang' dari daftar akibatnya tim gerilya sekolah negeri. 
Dan, saat ini masa pandemi covid 19, pembatasan dilakukan secara umum, termasuk dunia pendidikan. Bahkan untuk tahun ini kelulusan kelas akhir dilakukan otomatis, tanpa ujian dan proses lainnya. Mereka disebut Lulusan covid 19. 
Kondisi pandemi ini juga berdampak pada PPDB di sekolah swasta. Apakah dampaknya? 
Kita tidak sedang membandingkan negeri dan swasta, walau tidak dapat.tidak pasti terjadi. Sekolah swasta. mengoptimalkan bantuan masyarakat untuk operasional proses pendidikan dan pembelajaran. Bagaimana dengan sekolah negeri? 
Sekolah negeri adalah sekolah yang didirikan dan dikelola oleh negara. Sekolah negeri diampu oleh guru-guru yang gajinya dibayar oleh pemerintah sebab mereka adalah ASN. Atribut negeri merupakan satu pemikat yang membuat orangtua lebih memilih untuk proses pendidikan anaknya. Sebagai sekolah negeri, maka biaya operasional penyelenggaraan proses menjadi tanggungjawab pemerintah. Oleh karena itu, tenaga pendidik dan kependidikannya digaji oleh pemerintah. Artinya, sekolah tidak perlu memikirkan pembayaran gaji guru. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat tidak perlu membayar ke sekolah negeri. Tetapi, kenyataannya jauh berbeda. Masyarakat. masih harus membayar ke sekolah. Dengan berbagai dalih, nama, sekolah mengharuskan masyarakat orangtua  /siswa untuk membayar ke sekolah. Tentunya bukan SPP, sebab dilarang, tetapi muncul sebutan laIn yang sebenarnya sama saja menarik dana dari masyarakat, orangtua. 
Kembali pada kegiatan penerimaan peserta. didik baru yang setiap tahun seperti benang kusut. Selalu ada masalah yang timbul pada pelaksanaan PPDB ini. Hal ini selalu ada kebijakan baru untuk membijaki kebijakan yang sudah ada tetapi pada akhirnya bukan kebijakan yang bijak. Kebijakan baru tersebut seringkali memberi keuntungan pada satu pihak dan nerugikan pihak lainnya. Dan, repotnya seringkali yang terjadi bahwa pembuat kebijakan tidak mengetahui adanya kebijakan untuk membijaki kebijakannya oleh pejabat di bawahnya. Setiap kali dikonfirmasi, pembuat kebijakan selalu mengelak bahwa beliau tidak mengetahui jika pejabat di bawahnya membuat kebijakan baru, yang berbeda bahkan berlawanan dengan kebijakannya. Sungguh ini sebuah lelucon yang tidak lucu tetapi cenderung nggegirisi. 
Walaupun, sebelumnya telah dilakukan rapat bersama dan menelorkan kesepakatan yang nenjadi dasar kebijakan pimpinan, pada saat pelaksanaan pasti dilanggar, khususnya sekolah negeri. Sekolah swasta kekurangan siswa adalah hal biasa, tetapi sekolah negeri kekurangan siswa merupakan bencana bagi pimpinan sekolah. Bagaimana mungkin sekolah negeri kekurangan siswa? 
Untuk mengantisipasi agar kondisi tersebut tidak terjadi, maka berbagai trik dilakukan untuk menghisap calon siswa. Trik ini merupakan cara untuk memutus peluang anak lepas dari incaran sekolah. Bahkan, ada sekolah yang memasang orang di sekolah tingkat bawahnya untuk mengarahkan lulusan ke sekolahnya. Ini bukan hal baru. Jika hal tersebut dilakukan sekolah swasta, mungkin sebagai upaya untuk memikat atensi calon siswa. Bagaimana dengan sekolah yang label negerinya saja sudah sangat menjual. 
Berdasarkan uraian di atas, maka masa pandemi covid 19 benar-benat membawa dampak negatif yang sangat besar terhadap sekolah swasta. Dan, dampak ini akan menjadi semakin besar jika ternyata kebijakan yang sudah disepakati harus dilanggar, ditabrak hanya karena target yang tidak terpenuhi, khususnya pada sekolah negeri. Dampak ini semata dikarenakan propaganda pemerintah dengan membuka unit sekolah baru di wilayah yang sesungguhnya, unit sekolahnya sudah jenuh, penuh. Misalnya, di sebuah daerah ada 2 (dua) kecamatan. Pads awalnya terdiri atas 1(satu) sekolah Negri dan 9 (sembilan) sekolah swasta. Secara nalar, kondisi ini dapat kita katakan sudah jenuh, 2 (dua) kecamatan mempunyai 10 (sepuluh) sekolah setingkat dan serumpun. Dari ilustrasi tersebut setidaknya kita dapat menangkap kondisi bahwa calon siswa tersedot ke sekolah negeri. Lantas, sekolah swasta. dapat apa? 
Untuk hal tersebut, maka kita perlu duduk bersama dan membahas tuntas perihal PPDB ini. Setidaknya, pemerintah harus menyadari bahwa keberadaannya dan tugas kewajibannya adalah memberikan fasilitasi yang sama untuk sekolah negeri dan swasta. Janganlah dikotomi negeri swasta menciptakan  jurang menganga sehingga tidak harmonis. 
Bagi sekolah swasta, masa-masa PPDB. adalah masa-masa berdiri di pucuk duri. Dan, selalu terluka oleh kondisi yang tersaji dalam kehidupan persekolahan. Sekolah swasta, walau telah berusaha sekuat tenaga untuk merebut peluang menjaring calon siswa, tetap saja menunggu luberan dari sekolah negeri. 
Semoga kondisi ini tidak berlanjut-lanjut sehingga sekolah swasta dapat bertahan dan mempertahankan keberadaannya dalam membina sumber daya manusia negeri ini. 
Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang menyeluruh dan mengikat dengan konsekuensi hukum bagi yang melanggar kebijakan yang sudah disepakati bersama. Jangan sampai terjadi kebijakan itu seperti pepatah Jawa, isuk kedelai.. sore. tempe... malamnya tahu. Hal ini mengisyaratkan pimpinan yang plin plan tidak tegas dalam menentukan kebijakan dan mudah dipengaruhi bawahan. Apa kira-kira sebutan yang cocok bagi. pemimpin seperti ini? 

Gembonga, 19 Juni 2020

Rabu, 17 Juni 2020

Langkah Menyiasati Belajar dalam Situasi Pandemi

Proses belajar merupakanan upaya sadar yang kita lakukan untuk pengembangan diri. Pengembangan yang kita maksudkan adalah aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ketika aspek ini memang merupakan pilar dasar pendidikan dan pembelajaran. Hal ini karena kebutuhan dasar kehidupan kita adalah tiga aspek tersebut. Setiap orang yang ingin menghadapi dan menjalani kehidipan, maka di dalam dirinya harus ada 3 (tiga) kemampuan dasar tersebut. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap kita haruslah mumpuni agar tidak kesulitan hidup. 
Untuk mendapatkan hal tersebut, maka proses pendidikan dan pembelajaran menjadi tuntutan yang tidak dapat kita abaikan. Sementara proses pendidikan dapat kita lakukan dalam 3 (tiga) proses, yaitu informal, formal, dan nonformal. Kita tidak dapat mengabaikan salah satu. dari ketiga proses tersebut. Bahkan, dapat. kitaykatakan bahwa ketiga proses tersebut berlangsung sinergis dan saling melengkapi. 
Proses pendidikan dan pembelajaran yang selama ini kita terapkan adalah dengan proses langsung, yaitu proses yang dilakukan dengan kegiatan tatap muka. Guru dan siswa bergiat bersama sebagai pendidik dan peserta didik. Guru berperan sebagai narasumber dan fasilitator serta pembimbing siswa sehingga mampu mencapai kemampuan yang dibutuhkan. Sementara itu, siswa adalah subyek belajar yang mengikuti proses untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Guru dan siswa bergiat bersama dalam proses. 
Tetapi, pada triwulan terakhir ini, situasi sangat berbeda. Kebiasaan berproses secara langsung harus dibatasi karena adanya pandemi yang menyerang masyarakat dunia. Proses pendidikan dan pembelajaran secara langsung dianggap sangat riskan sehingga dilarang. untuk dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan yang memungkinkan berkumpulnya banyak orang dibatasi, bahkan dilarang. Termasuk dalam hal ini adalah proses yang dilaksanakan di sekolah. Sekolah-sekolah yang selama ini menjadi tempat berkumpulnya guru dan siswa dianggap sangat berbahaya sebab dapat menjadi tempat penularan sakit, yang selanjutnya kita sebut saja covid 19. Akibatnya, sekolah sepi dan guru siswa harus melaksanakan proses melalui daring. Ini merupakan langkah cantik menyiasati situasi dan kondisi yang terjadi di masyarakat dan di luar perhitungan kita. 

Pembelajaran Mandiri

Situasi dan kondisi yang sekarang terjadi bukanlah keinginan, bahkan sama sekali tidak menginginkan. Situasi dan kondisi yang terjadi merupakan bencana internasional. Semua negara mengalami hal yang sama, terpapar virus covid 19, yang penularannya begitu cepat dan berbahaya. Proses penularan dapat terjadi akibat komunikasi dan interaksi antar personal. Komunikasi dan interaksi ini dapat terjadi secara bebas di tempat umum atau tempat di mana banyak orang berkumpul, salah satunya sekolah. Oleh karena itu, pembatasan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangatlah tepat. 
Pembatasan pembelajaran di sekolah, yang selama ini merupakan langkah tepat agar proses perpindahan pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap pada akhirnya memang membawa dampak pada proses itu sendiri. Dampak yang paling terasa adalah pertumbuhan nilai kemandirian siswa. Hal ini karena selama. pembatasan, interaksi guru. dan siswa. sangat terbatas. Mereka yang selama ini terbiasa bersama, sehingga saat mengalami kesulitan dapat langsung bertanya pada guru dan mendapatkan jawaban yang diinginkan. Pada situasi terbatas, mereka tidak dapat melakukannya. Mereka dapat saja bertanya kepada guru, misal melalui grup. media sosial, tetapi jawaban yang didapat. tidak sepuas jika dijawab langsung. Oleh karena itu, siswa harus dapat belajar mandiri. 
Pada proses belajar mandiri ini, guru memberikan pendampingan dari jau dan tidak langsung bertatap muka. Mereka berkomunikasi melalui alat produk teknologi, misalnya telepon genggam. Pada sisi yang lain, telepon genggam tersebut dapat dipergunakan sebagai. sumber belajar. Pada era teknologi informatika yang berkembang sedemikian pesatnya, informasi dapat kita peroleh dengan mudah. 
Dengan memanfaatkan produk teknologi informatika inilah, maka kita dapat menemukan dan memecahkan kesulitan. Siswa dituntut untuk dapat secara mandiri menemukan obyek belajar yang harus diselesaikannya secara mandiri. Mereka. tidak dapat bermalas-malasan untuk dapat memperoleh informasi, melainkan harus aktif bergerak, mencari lantas mempelajarinya. Jika mereka mengalami kesulitan, maka guru siap membantu. menjelaskan kesulitan mereka. 
Peristiwa, wabah pandemi ini memang ada dampak negatif dan positif. Pada posisi negatif, proses belajar tidak dapat dilakukan secara langsung, melainkan dengan. mempergunakan produk teknologi, khususnya. teknologi informatika. 
Pada pola pembelajaran mandiri ini bukan berarti guru lepas kewajiban dan tanggungjawab. Justru para guru berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pelayanan yang proporsional. Pelayanan proporsional adalah pelayanan yang memungkinkan semua siswa dapat mengikuti proses dengan sebaik-baiknya, tidak ada yang mengalami kesulitan dalam prosesnya. Hal ini karena kondisi siswa. yang tidak sama, khususnya kondisi ekonomi keluarga. 
Kondisi ini sebenarnya bukanlah masalah. yang urgen sebab justru menyadarkan. semua pihak bahwa proses pendidikan memang mahal. Apalagi dengan pola belajar mandiri, siswa harus menyediakan sarana sebaik-sebaiknya. Tetapi, Pendidikan mandiri sangat dibutuhkan di jaman ini agar siswa tidak ketergantungan dengan orang lain. Kita sangat. menyadari bahwa kehidupan sekarang sudah sangat berbeda dengan jaman dahulu. Tingkat tanggungjawab terhadap kewajiban sudah mengalami pelunturan sehingga pola hidup seenaknya menjadi kebiasaan. Rasa tanggungjawab yang. jaman dahulu sangat dibanggakan,  sekaramg ini mengalami kemerosotan. Dan, pada masa pandemi, karakter itu dikondisikan atau. dipaksakan untuk diterapkan. Dengan demikian, maka siswa dapat. lebih bertanggungjawab terhadap tugas dan kewajibannya. Belajar secara mandiri mengembangkan sikap bertanggungjawab terhadap kewajiban belajar. 

Pembelajaran Virtual

Pembelajaran virtual menjadi langkah penting proses di masa pandemi convid 19. Pembelajaran ini mengoptimalkan peranan virtual untuk prosesnya. Dalam. hal ini, penguasaan teknologi virtual menjadi prasyarat keberhasilannya. Tanpa penguasaan virtual, tentunya kita tidak dapat ikut bergabung dalam kegiatan. 
Guru dan siswa berinteraksi aktif melalui jaringan internet aktif. Mereka harus tersambung dalam jaringan internet sebab aplikasi virtual membutuhkan hal tersebut. 
Tentunya, persoalan penguasaan virtual bukan sesuatu yang sulit sebab perkembangan pola kehidupan kita memang menuntut hal tersebut. Pola kehidupan berbasis teknologi membutuhkan orang-orang yang melek teknologi. Kemampuan ini menjadi tangan dan mata menghadapi dan menjalani kehidupan. Tanpa kemampuan tersebut, maka hidup kita terhambat. 
Bagi insan pendidikan, penguasaan teknologi informasi, termasuk dalam hal ini teknologi virtual bukan hal yang aneh. Setiap saat kegiatan pembelajaran sudah menerapkan teknologi. 
Oleh karena itu, dalam menghadapi situasi pandemi, dimana pembelajaran langsung dianggap sangat riskan untuk penularan sakit, maka model. pembelajaran virtual menjadi pilihan. Teknologi telepon genggam ataupun teknologi komputer dan jaringan membuka peluang pengembangan tersebut. 
 
Bagaimana selanjutnya?? 

Rabu, 07 Januari 2015

Pentingnya Sikap Dewasa dr Guru

Pola kehidupan masyarakat sangat berpengaruh terhadap pola kegiatan dalam lingkungan sekolah. Hal ini perlu kita pahami bersama agar kita tidak terjebak dalam kondisi yang mengombang - ambing. Sebagai seorang guru, maka kita harus dapat memahami dan menghadapi setiap kondisi dalam kehidupan secara proporsional. Kita harus secara intens mengkondisikan diri sehingga siap menghadapi pola kehidupan masyarakat. Dan, kita harus menyadari bahwa sebagai seorang guru, kita harus mengkondisikan diri kita sedemikian rupa sehingga pola kita fleksibel untuk setiap kondisi. Tingkat flesibelitas ini sangat ditentukan oleh sikap guru dalam menghadapi kehidupan. Kita tidak dapat mengetahui secara pasti bagaimana seorang guru dalam menghadapi setiap permasalahan hidup. Tetapi setidaknya, satu hal yang harus kita perhatikan adalah setiap kali kita menghadapi permasalahan, maka kita harus dapat bersikap dewasa. Kedewasaan ini sangat terkait dengan eksistensi nyata dalam lingkungan pendidikan yang kita kelola.

Senin, 05 Maret 2012

Keterbatasan Kiprah Guru

Dalam proses pendidikan dan pembelajaran, guru dituntut untuk dapat mencerdaskan dan sekaligus menjadikan anak didik sebagai manusia manusia berkarakter. Sebagaimana sudha kita ketahui, bahwa dalam proses pendidikan, ada 3 (tiga) ranah dasar, yaitu Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan. Ketiga aspek tersebut harus digarap secara utuh oleh guru.
Jika kita memperhatikan tuntutan yang dibebankan kepada guru, maka setidaknya ada kelonggaran pada guru untuk mengeksplore kompetensinya agar tujuan tersebut tercapai. Guru secara maksimal harus membimbing anak didiknya agar menguasai materi pelajaran yang diajarkan, begitu pula halnya dengan keterampilan. Tetapi ketika terkait dengan sikap atau karakter, ternyata guru mengalami hambatan.
Pada saat mengajar pengetahuan dan melatih keterampilan, guru dapat mengeksplore semua kompetensi dirinya dan melakukan transfer kepada anak didik. Mereka dapat lakukan secara maksimal. Tetapi, pada giliran mendidik, sungguh guru harus berada pada posisi dilematis. Tuntutan yang dibebankan kepada guru termasuk berat, menjadikan anak didik sebagai sosok yang berkarakter.Berarti guru harus membimbing dan mendampingi anak didik secara lebih intensif dan itu artinya memperlakukan sesuai kriterianya.
Tetapi, yang terjadi sungguh jauh dari harapan. Ketika seorang guru melakukan langkah pengkondisian agar anak didik mencapai karakter yang diharapkan, maka justru guru menuai protes. Bahkan tidka jarang guru harus berurusan dengan polisi. Tentunya hal ini sangat meresahkan langkah para guru. Pada satu sisi harus mendidik, tetapi pada satu sisi terancam oleh sikap orangtua anak didik yang tidak mau terima.
Seharusnya guru bertindak yang bagaimana?

Sabtu, 03 Maret 2012

Sedikitnya Lapangan Pekerjaan

Dalam hidup kita, bekerja merupakan tuntutan yang tidak dapat kita abaikan. Kita tidak dapat menghindar dari keharusan bekerja. Dengan bekerja, maka kita dapat memperoleh penghasilan untuk membiayai hidup kita.
Permasalahannya adalah semakin sedikitnya lapangan kerja untuk kita. Sebenarnya, bukan lapangan pekerjaan yang sedikit, tetapi semakin banyaknya pencari pekerjaan. Setiap tahun, jumlah pencari kerja meningkat secara signifikan. Sementara, jumlah lapangan pekerjaan tetap, bahkan dapat berkurang jika ada perusahaan yang pailit.
Terkait dengan kondisi tersebut, maka proses pendidikan sudah seharusnya memberikan pembekalan kerja secara konkrit. Sudah saatnya kita berpikir untuk membekali anak anak agar tidak menjadi pengangguran saat usai mengikuti pendidikan. Kita harus mengkondisikan anak-anak agar langsung bekerja dengan menciptakan lapangan kerja untuk dirinya atau juga untuk masyarakat di sekitarnya.
Bisakah hal tersebut kita wujudkan???

Jumat, 14 Oktober 2011

Perlu Keadilan Kesempatan Pendidikan

Permasalahan yang seringkali dihadapi masyarakat adalah kesempatan mengikuti pendidikan yang semakin sempit. Hal ini bukan karena sedikitnya jumlah institusi pendidikan di negeri ini. Bukan masalah tersebut.Setiap tahun, Pemerintah telah melakukan penambahan USB atau Unit Sekolah Baru. Bahkan, bantuan untuk dunia pendidikan semakin banyak. Malah sekarang ini, di setiap kota kecamatan harus ada sekolah yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya sekarang ini SMK.
Tetapi, permasalahannya adalah kesempatan untuk mengikuti proses tersebut terasa tidak adil ketika berbicara tentang dana pendidikan. Dalam aspek pendanaan, terjadi kelompok orang mampu dan tidak mampu. Akibatnya, ada anak yang tidak dapat mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran di sebuah sekolah hanya karena orangtuanya termasuk dalam kategori tidak mampu secara finansial. Dalam hal inilah, maka banyak anak didik, anak bangsa yang sedang mempersiapkan masa depan diri dan bangsa ini.
Terkait dengan kondisi tersebut, maka kita perlu memikir ulang tentang kesempatan pendidikan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini, untuk masyarakat dengan tingkat kemampuan finansial yang rendah.Keadilan kesempatan pendidikan yang kita maksudkan dalam hal ini adalah dihapuskannya halangan mengikuti proses pendidikan yang berupa tuntutan pembayaran dana yang terlalu mahal.